Sunday, August 21, 2016

Dunia Pendidikan di Indonesia

"Full Day School", Apakah Layak Diterapkan Saat Ini?

Setelah dikejutkan dengan adanya "reshuffle" menteri yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo, dunia pendidikan Indonesia kembali dikejutkan dengan adanya wacana "Full Day School" yang disampaikan oleh Muhadjir Effendy. Muhadjir sendiri merupakan orang yang baru saja dipilih untuk menggantikan Anies Baswedan sebagai menteri pendidikan yang baru. Wacana "Full Day School" yang disampaikan oleh Muhadjir ini sontak saja langsung mendapat kritikan dari berbagai kalangan, meskipun tidak sedikit juga yang mendukung wacana tersebut. Lantas apa saja yang menjadi kelebihan maupun kekurangan dari "Full Day School"? Apakah pantas diterapkan saat ini? Simak artikel ini selengkapnya!

https://id.wikipedia.org/wiki/Muhadjir_Effendy
Sistem sekolah berbasis "Full Day School" sebenarnya bukanlah sesuatu yang asing. Sejak dulu, sistem ini memang telah diterapkan di berbagai negara. Contoh negara yang menerapkan sistem ini antara lain Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat. Sistem ini mewajibkan siswa-siswinya untuk bersekolah hingga sore maupun malam hari. Jika ditinjau dari sisi positif, sebenarnya sistem ini dapat memperbaiki dan membentuk kepribadian siswa-siswi menjadi lebih baik. Siswa-siswi dapat meningkatkan kemandirian serta melatih kekompakkan dengan sesamanya. Akibat dari hal itu, siswa-siswi menjadi lebih terampil dan cenderung untuk tidak individualis. Sistem "Full Day School" juga dapat mengurangi tingkat kenakalan remaja. Mengapa demikian? Karena dengan adanya kepribadian serta moral yang baik, mereka cenderung mengetahui perbuatan apa saja yang pantas dan perbuatan apa saja yang tidak pantas. Mereka juga terhindar dari efek negatif yang ada di lingkungan masyarakat seperti narkoba, judi, kebut-kebutan di jalan raya, dan yang lain sebagainya.

Sekolah di Korea Selatan (www.wajibbaca.com)
Seperti pepatah "tiada gading yang tak retak", sistem "Full Day School" juga memiliki kelemahan. Salah satu dampak buruk yang paling terlihat ialah tingginya tingkat stres para murid. Murid-murid yang tidak siap akan merasa bosan yang kemudian menjurus ke rasa frustasi. Murid-murid juga akan semakin tertekan akibat nilai-nilai mereka di sekolah. Sebuah survei menunjukkan bahwa pada tahun 2012, sebanyak 139 siswa Korea Selatan bunuh diri dikarenakan tekanan ujian sekolah. Adapun dampak buruk lainnya dari sistem "Full Day School" adalah berpotensi meningkatkan konflik internal pada anak.
Menilik dari hal-hal di atas, Sistem "Full Day School" sepertinya masih belum layak diterapkan di Indonesia saat ini. Fasilitas, sarana dan prasarana, maupun kualitas serta kuantitas sumber daya manusia masih jauh dari kata terpenuhi. Belum lagi pembangunan sekolah yang belum merata di berbagai daerah. Adapun aspek lain yang harus diperhatikan ialah adanya beberapa sekolah yang membagi kegiatan pembelajaran menjadi dua selang waktu, yaitu sekolah pagi dan sekolah siang. Jikalau sistem "Full Day School" diterapkan saat ini, tentunya akan menimbulkan kekacauan di berbagai daerah. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan matang agar kelak sistem ini dapat berfungsi maupun bekerja dengan semestinya.

4 comments: